Kamis, 21 Januari 2010

Kewara'an Dan Meninggalkan Apa-apa Yang Syubhat

Bab 68: Kewara'an Dan Meninggalkan Apa-apa Yang Syubhat
Dari Wabishah bin Ma'bad Radhiyallahu 'anhu , katanya: "Saya mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , lalu beliau bersabda: "Engkau datang ini hendak menanyakan perihal kebajikan?" Saya menjawab: "Ya." Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda lagi: "Mintalah fatwa - keterangan atau pertimbangan - pada hatimu sendiri. Kebajikan itu ialah yang jiwa itu menjadi tenang padanya - di waktu melakukan dan setelah selesainya, juga yang hatipun tenang pula merasakannya,sedang dosa ialah apa-apa yang engkau rasakan bimbang dalam jiwa serta bolak-balik -yakni ragu-ragu - dalam dada - hati, sekalipun orang banyak telah memberikan fatwanya padamu; yah, sekalipun orang banyak telah memberikan fatwanya padamu."
Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam-imam Ahmad dan ad-Darimi dalam kedua musnadnya.
Nomor: 588 Sumber: riyadhus-shalihin




Penjelasan:
Dua Hadis di atas itu menegaskan apa yang disebut kebajikan dan apa yang disebut dosa itu.
Kebajikan ialah:
1. Budipekerti yang baik.
2. Juga sesuatu yang dirasa tenteram dalam jiwa dan tenang dalam hati. Untuk mengetahui ini cukuplah bertanya kepada hati kita sendiri. Misalnya berkata jujur, bagaimanakah hati kita setelah melakukannya? Tenang bukan. Nah, itulah kebajikan. Tetapi berkata dusta, tenangkah jiwa kita setelah melakukannya? Pasti tidak, sebab takut ketahuan orang kedustaannya itu. Nah, tentu itu bukan kebajikan tetapi kejahatan dan dosa.
Selanjutnya yang disebut kejahatan dan dosa itu ialah:
1. Sesuatu yang membekas dalam hati yakni setelah melakukannya, hati itu selalu mengangan-angankan akibat yang buruk dari kelakuan tadi itu, jelasnya hati senantiasa gelisah kalau kelakuannya tadi diketahui oleh orang lain. Misalnya menipu, merampas hak orang, berbuat zalim dan penganiayaan, tidak jujur, memalsu dan Iain-Iain sebagainya.
2. Sesuatu yang kecuali membekas dalam jiwa, juga hati sudah bimbang dan ragu- ragu di saat melakukannya itu, sebab kalau ketahuan orang, tentu akan mendapatkan hukuman, berat atau ringan, misalnya mencuri, membunuh dan Iain-Iain lagi.
3. Sesuatu yang ditakutkan kalau diketahui orang lain, baik takut akan menjadi malu, sebab apa yang dilakukan itu merupakan hal yang tercela di kalangan masyarakat atau takut jatuh namanya, takut hukumannya dan Iain-Iain.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menandaskan perihal kejahatan dan dosa itu dengan diberi tambahan kalimat: "Sekalipun orang-orang lain sama memfatwakan itu padamu serta membenarkan tindakanmu itu." Artinya sekalipun banyak yang mendukung tindakanmu dan banyak pembelamu serta semuanya menyetujui, tetapi kalau sifatnya membekas dalam hati dan meragu-ragukan, itulah suatu tanda bahwa apa yang kamu lakukan itu suatu kejahatan atau dosa. Soal orang yang memberikan fatwa itu belum tentu benar, mungkin orang itu hanya menginginkan supaya kamu banyak menghadiahkan sesuatu padanya atau menginginkan kepangkatan kalau justeru kamu sebagai pemegang kekuasaan atau fatwanya itu hanya ditilik dari segi lahiriyahnya saja, sedang yang terkandung dalam hatimu tidak atau belum diketahui olehnya. Oleh sebab itu, tepatlah kalau Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan kita agar kita lebih-lebih mengutamakan untuk meminta fatwa atau keterangan dari hati kita sendiri.
Dibuat oleh SalafiDB http://salafidb.googlepages.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lantunan ayat-ayat suci Al'Quran

Listen to Quran