Sabtu, 06 November 2010

Apakah aku bahagia?




Mengapa banyak orang merasa tak bahagia? Di manakah sebenarnya kebahagiaan itu berada?
Demikian orang sering bertanya namun tak pernah memperoleh jawaban memuaskan.

Di bawah ini ada sebuah kisah pendek tentang kebahagiaan yang diadaptasi dari sebuah milis. Sampean mungkin juga pernah membacanya. Selamat menikmati.



###


Syahdan Lestari Ramadani menjadi pembicara sebuah seminar tentang kebahagiaan di sebuah hotel berbintang lima di jantung Jakarta. Istri motivator kondang Mario Kukuh ini tampil begitu memukau peserta seminar.

Mario sang suami duduk di bangku paling depan ikut mendengarkan presentasi istrinya. Beberapa kali wajahnya terlihat sumringah setiap kali istrinya menyampaikan pernyataan yang membuat peserta seminar bertepuk tangan.

Di akhir sesi, semua pengunjung bertepuk tangan. Dan sekarang saatnya sesi tanya jawab.

Setelah beberapa pertanyaan, seorang ibu mengacungkan tangannya untuk bertanya.
"Ibu Lestari, apakah suami Anda membuat Anda bahagia?"

Seluruh ruangan langsung terdiam. Satu pertanyaan yang bagus. Lestari tampak berpikir beberapa saat dan kemudian menjawab, "Tidak."

Seluruh ruangan terkejut.

"Tidak," katanya sekali lagi. "Mario Kukuh suamiku tidak bisa membuatku bahagia."

Seisi ruangan langsung menoleh ke arah Mario yang juga menoleh-noleh mencari pintu keluar. Rasanya dia ingin cepat-cepat keluar.

Kemudian Lestari melanjutkan kalimatnya. "Mario Kukuh adalah suami yang sangat baik. Ia tak pernah berjudi, mabuk-mabukan, main serong. Ia setia, selalu memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani. Tapi, tetap dia tidak bisa membuatku bahagia."

Tiba-tiba ada suara bertanya, "Mengapa?"

Lestari menoleh kepada sang penanya. "Karena," jawabnya, "tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas kebahagiaanku selain diriku sendiri."

Lestari mengatakan, "Tidak ada orang lain yang bisa membuatmu bahagia. Baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uangmu, hobimu. Semua itu tidak bisa membuatmu bahagia. Yang bisa membuat dirimu bahagia adalah dirimu sendiri.

Kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri.

Kalau kamu sering merasa berkecukupan, tidak pernah punya perasaan minder, selalu percaya diri, kamu tidak akan merasa sedih.

Sesungguhnya pola pikir kita yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak, bukan faktor luar.

Bahagia atau tidaknya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu, cantik istrimu, atau sesukses apa hidupmu. Bahagia adalah pilihanmu sendiri."

beriman kepada Allah disertai dengan kesabaran dan bersyukur atas semua karunianya yang diberikannya kepada kita. Percayalah bahwa nikmat yang diterima manusia adalah kehendak Allah dan setiap ujian kepada manusia ada hikmahnya.

Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al An'aam ayat 165)

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (Luqman ayat 12)

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Saba' ayat 19)


Para peserta seminar membisu selama beberapa detik setelah Lestari mengakhiri kalimatnya. Sesaat kemudian, barulah ruangan itu bergemuruh oleh tepuk tangan yang panjang.

» Moral cerita: kebahagiaan itu ternyata ada di dalam diri kita masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lantunan ayat-ayat suci Al'Quran

Listen to Quran